Senin, 16 Januari 2012

Pengertian Pendidikan


A.      PENGERTIAN PENDIDIKAN

1.      Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya
Pendidikan sebagai Proses Transformasi Budaya dapat diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.
Nilai-nilai kebudayaan mengalami transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada 3 bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung  jawab,. Yang  kurang cocok diperbaiki misalnya, tata cara perkawinan dan yang  tidak cocok diganti misalnya pendidikan seks yang dahulu ditabukan diganti pendidikan seks melalui pendidikan formal.

2.      Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Pendidikan sebagai Proses Pembentukan Pribadi dapat diartikan  sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik.
Sistematis oleh karena proses pendidikan  berlangsung melalui tahap-tahap bersinambungan (procedural) dan sistemik oleh karena berlangsung  dalam semua situasi kondisi di semua lingkungan yang saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat). Proses pembentukan pribadi  meliputi dua sasaran yaitu:
a.       Pembentukan bagi  mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa
b.      Pembentukan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri ( Pendidikan diri sendiri ( self vorwing ).
Kedua-duanya bersifat alamiah dan  menjadi keharusan.




3.      Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Pendidikan sebagai Proses Penyiapan Warga Negara dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik.
Istilah baik ini bersifat relative, tergantung kepada tujuan nasional dari masing-masing bangsa, oleh karena masing-masing bangsa mempunyai falsafah hidup yang berbeda-beda.
Warga Negara yang baik dapat diartikan selaku pribadi yang tahu hak dan kewajiban sebagai warga Negara.

4.      Pendidikan sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja dapat diartikan sebagai kegiatan peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.
Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Bekerja menjadi penopang hidup seseorang dan keluarga sehingga tidak bergantung dan mengganggu orang lain.

5.      Pendidikan menurut UU  No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS
Tentang sistem pendidikan nasonal, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan , pengendalian diri, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara


B.   MAZHAB – MAZHAB PENDIDIKAN
1.      Filsafat Pendidikan Idealisme
Idealisme memandang bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi, bukan fisik. Idealisme tidak menolak eksistensi dunia fisik di sekeliling kita melainkan memandangnya sebagai manifestasi dari realitas yang hanya memenuhi kebutuhan fisik. Tentang teori pengetahuan, idealisme berpandangan bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak lengkap karena dunia hanyalah tiruan belaka, sifatnya maya yang menyimpang dari kenyataan sebenarnya. Pengetahuan tidak ditemukan dari pengalaman tetapi dari konsepsi dalam prinsip-prinsip sebagai hasil aktivitas jiwa.
Dalam pendidikan, idealisme memberikan pengaruh bagi pendidik untuk membimbing anak didiknya dengan menekankan kemampuan intelek atau akalnya. Mereka juga diajarkan nilai-nilai yang tetap dan abadi. Menurut Kant, guru harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat. Idealisme memiliki tujuan pendidikan yang pasti dan abadi yang berada di luar kehidupan manusia itu sendiri, yaitu manusia yang mampu mencapai dunia cita, mampu menikmati kehidupan abadi yang berasal dari Tuhan. Siswa diberikan kebebasan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya.
2. Filsafat Pendidikan Realisme
Pada dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Kneller membagi realisme menjadi dua bentuk, yaitu relisme rasional dan realisme naturalis. Realisme rasional dapat didefinisikan pada aliran realisme klasik dan religius yang sama-sama menyetujui bahwa dunia materi adalah nyata dan berada di luar pikiran yang mengamatinya. Realisme natural mengatakan bahwa dunia yang kita amati bukan hasil kreasi akal atau jiwa melainkan dunia apa adanya.
Realisme rasional dan natural menanamkan pendidikan yang terpusat pada guru, bukan siswa. Guru harus bisa memilih bahan pelajaran yang benar sedangkan memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat mencapai tujuan pendidikan. Belajar pun tergantung pada pengalaman, baik langsung maupun tidak langsung.
2.      Filsafat Pendidikan Materialisme
Materealisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, bukan spiritual, atau supernatural. Materialisme tidak menyusun konsep pendidikan secara ekspisit tetapi lebih cenderung menganalisis hubungan faktor- faktor yang mempengaruhi upaya dan hasil pendidikan secara faktual. Untuk pendidikan, materialisme memandang bahwa proses belajar merupakan proses kondisionisasi lingkungan serta menekankan pentingnya keterampilan dan pengetahuan akademis empiris sebagai hasil kajian sains, sedangkan perilaku sosial sebagai hasil belajar. Dalam proses belajar, materialisme tidak berorientasi pada apa yang terdapat dalam diri siswa tetapi ditentukan oleh lingkungan. Siswa tidak memiliki kebebasan. Karena itu, guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengendalikan proses pendidikan, serta kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Istilah pragmatisme berasal dari “pragma” artinya praktik atau aku berbuat. Maksudnya bahwa makna segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan apa yang dapat dilakukan. Menurut teori-teori psikologis itu merupakan pandangan-pandangan dunia yang komprehensif yang berfungsi sebagai basis bagi guru dalam pendekatan praktek pengajaran. Dari konsep pola dasar pengajaran yang dilakukan guru dalam penyampaian proses belajar mengajar, merupakan suatu pola mengajar formal yang sesuai dengan teori psikologi belajar yang dijadikan panutannya. Pola ini dikembangkan oleh J. Herbart yang dilandasi oleh teori belajar asosiasi. Pola mengajar ini terdiri atas lima langkah sebagai berikut :
a)   Persiapan ( preparation )
      Guru berusaha mengungkapkan kembali bahan apersepsi (materi pelajaran
      yang tersimpan di dalam ingatan siswa)
b)   Penyajian ( presentation )
      Guru menyampaikan bahan baru kepada kelas berupa bahan pokok,
      dilengkapi dengan contoh dan ilustrasi
c)   Asosiasi dan perbandingan ( association and comparation )
      Guru menghubungkan bahan yang terkait, baik dengan materi pelajaran
      lainnya maupun dengan hal hal praktis di masyarakat
d)   Kesimpulan ( generalization )
      Guru bersama para siswa mengambil kesimpulan berdasarkan bahan
      pelajaran yang baru disajikan
e)   Penerapan ( application )
      Guru memberikan tugas pada siswa atau sejumlah pertanyaan ulangan
Tema pokok filsafat pragmatisme adalah :          
a) Esensi realitas adalah perubahan          
b) Hakikat social dan bilogis manusia yang esensial        
c) Relativitas nilai
d) Penggunaan intelegensi secara kritis
Menurut John Dewey, pengalaman merupakan suatu interaksi antara
lingkungan dengan organisme biologis. Selanjutnya John Dewey mengemukakan
perlunya atau pentingnya pendidikan, karena berdasarkan atas tiga pokok pemikiran, yaitu :   
a) Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup
          
b) Pendidikan sebagai pertumbuhan, dan

c) Pendidikan sebagai fungsi social
Pragmatisme menyakini bahwa pikiran anak itu aktif dan kreatif., tidak secara pasif begitu saja menerima apa yang diberikan gurunya. Pengetahuan dihasilkan dengan transaksi antara manusia dengan lingkungannya, dan kebenaran adalah termasuk pengetahuan. Dalam situasi belajar, guru seyogyanya menyusun situasi-situasi belajar sekitar masalah utama yang dihadapi masyarakat, yang pemecahannya diserahkan pada siswa-siswa untuk sampai kepada pengertian lebih baik tentang lingkungan sosial maupun lingkungan fisik.
Dalam menentukan kurikulum, setiap pelajaran tidak boleh terpisah, harus merupakan suatu kesatuan. Caranya adalah dengan mengambil suatu masalah menjadi pusat segala kegiatan. Metode yang sebaiknya digunakan dalam pendidikan adalah metode disiplin, bukan dengan kekuasaan. Kekuasaan tidak dapat dijadikan metode pendidikan karena merupakan suatu kekutan yang datang dari luar, dan didasari oleh suatu asumsi bahwa ada tujuan yang baik dan benar secara objektif, dan si anak dipaksa untuk mencapai tujuan tersebut.
6.        Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
Eksistensialisme memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Yang ditekankan eksistensialisme adalah pilihan kreatif, subjektivitas pengalaman manusia, dan tindakan konkret dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakekat manusia. Pengetahuan manusia tergantung pada pemahamannya tentang realitas. Pengetahuan yang diberikan di sekolah bukan sebagai alat untuk memperoleh pekerjaan melainkan untuk dijadikan alat perkembangan dan pemenuhan diri.
Tujuan pendidikan eksistensialisme adalah mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan semua potensinya. Kurikulum ideal adalah kurikulum yang memberikan siswa kebebasan individual dan mensyaratkan mereka untuk mengajukan pertanyaan, melaksanakan pencarian, dan menarik kesimpulan sendiri. Eksistensialisme menolak apa yang disebut penonton teori pengetahuan. Karena itu, sekolah harus mencoba membawa siswa ke dalam hidup yang sebenarnya. Guru harus memberikan kebebasan kepada siswa memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu menemukan makna dari kehidupan.
7.     Filsafat Pendidikan Progresivisme
Progresivisme berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Karenanya, untuk mempersiapkan siswa menghadapi masa depan yang tidak diketahui adalah membekali mereka dengan strategi-strategi pemecahan masalah. Jadi, pendidikan progresivisme didasarkan atau terpusat pada anak. Guru berfungsi sebagai pembimbing dan memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi pembelajaran siswa.Guru berusaha untuk memberi siswa pengalaman-pengalaman yang meniru kehidupan keseharian sebanyak mungkin dan siswa diberi kesempatan untuk bekerja secara kooperatif.

7. Filsafat Pendidikan Perenialisme
Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme berpendapat mengenai kebenaran sebagai hal yang konstan. Siswa diberikan pengetahuan tentang prinsip atau gagasan besar yang tidak berubah. Kurikulum harus menekankan pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains yang merupakan karya terbaik dan paling signifikan dari manusia. Prinsip pendidikan perenialisme adalah:
a) Walaupun lingkungan berbeda, namun pada hakikatnya manusia adalah sama
b) Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi
c) Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang
    pasti dan abadi
d) Pendidikan bukan peniruan dari hidup melainkan persiapan untuk hidup
e) Siswa seharusnya mempelajari karya besar dalam literatur yang menyangkut  sejarah, filsafat, seni, dan kehidupan sosial
8. Filsafat Pendidikan Esensialisme
Esensialisme menekankan pada apa yang mendukung pengetahuan dan keterampilan yang diyakini penting yang harus diketahui oleh para anggota masyarakat yang produktif. Menurut esensialisme pendidikan sekolah bersifat praktis dan memberi anak pengajaran logis yang mempersiapkan mereka untuk hidup. Tujuan pendidikan adalah untuk meneruskan warisan budaya dan sejarah melalui pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama serta merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dan dikenal semua orang. Selain itu, pendidikan bertujuan mempersiapkan manusia untuk hidup. Kurikulumnya menekankan pengajaran fakta-fakta. Peranan sekolah adalah memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui hikmat dan pengalaman yang terakumulasi dari disiplin tradisional. Guru dianggap sebagai seseorang yang menguasai lapangan subjek khusus dan merupakan model contoh yang sangat baik untuk ditiru. Kelas pun berada di bawah pengaruh serta pengawasan guru.
8.      Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme. Rekonstruksionisme melekatkan kepentingan pokoknya pada pengalaman yang dimiliki siswa. Aliran ini berpendapat bahwa sekolah harus mendominasi/ mengarahkan perubahan atau rekonstruksi tatanan sosial saat ini. Teori pendidikan rekonstruksionisme yang dikemukakan Brameld, yaitu:
a) Pendidikan harus dilaksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata     sosial baru  
b) Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati
      
c) Anak, sekolah, dan pendidikan dikondisikan oleh kekuatan budaya dan
social         
d) Guru harus meyakini validitas dan urgensi dirinya secara bijaksana
e) Cara dan tujuan pendidikan harus diubah kembali untuk menemukan kebutuhan yang   berkaitan   dengan krisis budaya dan menyesuaikan kebutuhan dengan sains sosial
f) Penyusunan kurikulum, isi pelajaran, metode yang dipakai, struktur
administrasi, dan pelatihan guru harus ditinjau kembali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar