A.
PENGERTIAN
PENDIDIKAN
1.
Pendidikan
sebagai Proses Transformasi Budaya
Pendidikan
sebagai Proses Transformasi Budaya dapat diartikan sebagai kegiatan pewarisan
budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.
Nilai-nilai
kebudayaan mengalami transformasi dari generasi tua ke generasi muda. Ada 3
bentuk transformasi yaitu nilai-nilai yang masih cocok diteruskan misalnya
nilai-nilai kejujuran, rasa tanggung
jawab,. Yang kurang cocok
diperbaiki misalnya, tata cara perkawinan dan yang tidak cocok diganti misalnya pendidikan seks
yang dahulu ditabukan diganti pendidikan seks melalui pendidikan formal.
2.
Pendidikan
sebagai Proses Pembentukan Pribadi
Pendidikan
sebagai Proses Pembentukan Pribadi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan
sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik.
Sistematis oleh
karena proses pendidikan berlangsung
melalui tahap-tahap bersinambungan (procedural) dan sistemik oleh karena
berlangsung dalam semua situasi kondisi
di semua lingkungan yang saling mengisi (lingkungan rumah, sekolah, dan
masyarakat). Proses pembentukan pribadi
meliputi dua sasaran yaitu:
a. Pembentukan
bagi mereka yang belum dewasa oleh
mereka yang sudah dewasa
b. Pembentukan
bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri ( Pendidikan diri sendiri ( self vorwing ).
Kedua-duanya bersifat alamiah dan menjadi keharusan.
3.
Pendidikan
sebagai Proses Penyiapan Warga Negara
Pendidikan
sebagai Proses Penyiapan Warga Negara dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang
baik.
Istilah baik ini
bersifat relative, tergantung kepada tujuan nasional dari masing-masing bangsa,
oleh karena masing-masing bangsa mempunyai falsafah hidup yang berbeda-beda.
Warga Negara
yang baik dapat diartikan selaku pribadi yang tahu hak dan kewajiban sebagai
warga Negara.
4.
Pendidikan
sebagai Penyiapan Tenaga Kerja
Pendidikan
sebagai penyiapan tenaga kerja dapat diartikan sebagai kegiatan peserta didik sehingga
memiliki bekal dasar untuk bekerja.
Pembekalan dasar
berupa pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan kerja pada calon luaran.
Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok
dalam kehidupan manusia. Bekerja menjadi penopang hidup seseorang dan keluarga
sehingga tidak bergantung dan mengganggu orang lain.
5.
Pendidikan
menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS
Tentang sistem pendidikan nasonal,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan , pengendalian diri, kecerdasan
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara
B.
MAZHAB
– MAZHAB PENDIDIKAN
1. Filsafat Pendidikan Idealisme
Idealisme memandang
bahwa realitas akhir adalah roh, bukan materi,
bukan fisik. Idealisme tidak menolak eksistensi dunia fisik di
sekeliling kita melainkan memandangnya sebagai
manifestasi dari realitas yang hanya memenuhi kebutuhan
fisik. Tentang teori pengetahuan, idealisme berpandangan bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui indera tidak pasti dan tidak
lengkap karena dunia hanyalah tiruan belaka, sifatnya
maya yang menyimpang dari kenyataan sebenarnya.
Pengetahuan tidak ditemukan dari pengalaman tetapi dari konsepsi dalam prinsip-prinsip sebagai hasil aktivitas jiwa.
Dalam pendidikan, idealisme
memberikan pengaruh bagi pendidik untuk membimbing
anak didiknya dengan menekankan kemampuan intelek atau akalnya.
Mereka juga diajarkan nilai-nilai yang tetap dan abadi. Menurut Kant, guru harus memandang anak sebagai tujuan, bukan sebagai alat.
Idealisme memiliki tujuan pendidikan yang pasti dan abadi
yang berada di luar kehidupan manusia itu sendiri, yaitu
manusia yang mampu mencapai dunia cita, mampu menikmati
kehidupan abadi yang berasal dari Tuhan. Siswa diberikan kebebasan untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan dasarnya.
2. Filsafat Pendidikan Realisme
Pada
dasarnya realisme merupakan filsafat yang memandang realitas
secara dualitis. Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas
ialah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Kneller
membagi realisme menjadi dua bentuk, yaitu relisme
rasional dan realisme naturalis. Realisme rasional dapat didefinisikan pada
aliran realisme klasik dan religius yang sama-sama menyetujui
bahwa dunia materi adalah nyata dan berada di luar
pikiran yang mengamatinya. Realisme natural mengatakan
bahwa dunia yang kita amati bukan hasil kreasi akal atau jiwa melainkan dunia apa adanya.
Realisme rasional dan natural menanamkan
pendidikan yang terpusat pada guru, bukan siswa. Guru
harus bisa memilih bahan pelajaran yang benar sedangkan
memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat mencapai tujuan pendidikan. Belajar pun tergantung pada
pengalaman, baik langsung maupun tidak langsung.
2. Filsafat Pendidikan Materialisme
Materealisme
berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan
rohani, bukan spiritual, atau supernatural. Materialisme tidak
menyusun konsep pendidikan secara ekspisit tetapi lebih
cenderung menganalisis hubungan faktor- faktor yang
mempengaruhi upaya dan hasil pendidikan secara faktual. Untuk pendidikan, materialisme memandang bahwa proses belajar merupakan
proses kondisionisasi lingkungan serta menekankan
pentingnya keterampilan dan pengetahuan akademis empiris
sebagai hasil kajian sains, sedangkan perilaku sosial
sebagai hasil belajar. Dalam proses belajar, materialisme tidak berorientasi
pada apa yang terdapat dalam diri siswa tetapi ditentukan oleh
lingkungan. Siswa tidak memiliki kebebasan. Karena itu,
guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengendalikan
proses pendidikan, serta kualitas dan karakter hasil belajar siswa.
4. Filsafat Pendidikan Pragmatisme
Istilah
pragmatisme berasal dari “pragma”
artinya praktik atau aku berbuat. Maksudnya
bahwa makna segala sesuatu tergantung dari hubungannya dengan
apa yang dapat dilakukan. Menurut teori-teori psikologis itu merupakan
pandangan-pandangan dunia yang komprehensif yang berfungsi sebagai basis bagi
guru dalam pendekatan praktek pengajaran. Dari konsep pola dasar
pengajaran yang dilakukan guru dalam penyampaian proses
belajar mengajar, merupakan suatu pola mengajar formal yang
sesuai dengan teori psikologi belajar yang dijadikan panutannya. Pola ini
dikembangkan oleh J. Herbart yang dilandasi oleh teori belajar
asosiasi. Pola mengajar ini terdiri atas lima langkah
sebagai berikut :
a) Persiapan ( preparation
)
Guru berusaha mengungkapkan kembali bahan
apersepsi (materi pelajaran
yang tersimpan di dalam ingatan siswa)
b) Penyajian (
presentation )
Guru menyampaikan bahan baru kepada kelas
berupa bahan pokok,
dilengkapi dengan contoh dan ilustrasi
c) Asosiasi dan perbandingan
( association and comparation )
Guru menghubungkan bahan yang terkait,
baik dengan materi pelajaran
lainnya maupun dengan hal hal praktis di
masyarakat
d) Kesimpulan (
generalization )
Guru bersama para siswa mengambil
kesimpulan berdasarkan bahan
pelajaran yang baru disajikan
e) Penerapan ( application
)
Guru memberikan tugas pada siswa atau
sejumlah pertanyaan ulangan
Tema
pokok filsafat pragmatisme adalah :
a) Esensi realitas adalah perubahan
b) Hakikat social dan bilogis manusia yang esensial
c) Relativitas nilai
d) Penggunaan intelegensi secara kritis
a) Esensi realitas adalah perubahan
b) Hakikat social dan bilogis manusia yang esensial
c) Relativitas nilai
d) Penggunaan intelegensi secara kritis
Menurut John Dewey, pengalaman
merupakan suatu interaksi antara
lingkungan dengan organisme
biologis. Selanjutnya John Dewey mengemukakan
perlunya atau pentingnya
pendidikan, karena berdasarkan atas tiga pokok pemikiran, yaitu :
a) Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup
b) Pendidikan sebagai pertumbuhan, dan
c) Pendidikan sebagai fungsi social
a) Pendidikan merupakan kebutuhan untuk hidup
b) Pendidikan sebagai pertumbuhan, dan
c) Pendidikan sebagai fungsi social
Pragmatisme
menyakini bahwa pikiran anak itu aktif dan kreatif., tidak
secara pasif begitu
saja menerima apa yang diberikan gurunya. Pengetahuan dihasilkan
dengan transaksi antara manusia dengan lingkungannya, dan kebenaran adalah termasuk pengetahuan. Dalam situasi belajar, guru seyogyanya
menyusun situasi-situasi belajar sekitar masalah utama
yang dihadapi masyarakat, yang pemecahannya diserahkan
pada siswa-siswa untuk sampai kepada pengertian lebih
baik tentang lingkungan sosial maupun lingkungan fisik.
Dalam
menentukan kurikulum, setiap pelajaran tidak boleh terpisah, harus
merupakan suatu kesatuan. Caranya adalah dengan mengambil suatu
masalah menjadi pusat segala kegiatan. Metode yang
sebaiknya digunakan dalam pendidikan adalah metode
disiplin, bukan dengan kekuasaan. Kekuasaan tidak dapat
dijadikan metode pendidikan karena merupakan suatu kekutan yang datang dari luar, dan didasari oleh suatu asumsi bahwa ada tujuan yang baik
dan benar secara objektif, dan si anak dipaksa untuk
mencapai tujuan tersebut.
6.
Filsafat
Pendidikan Eksistensialisme
Eksistensialisme
memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu.
Yang ditekankan eksistensialisme adalah pilihan kreatif,
subjektivitas pengalaman manusia, dan tindakan konkret
dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk
hakekat manusia. Pengetahuan manusia tergantung pada pemahamannya tentang realitas. Pengetahuan yang diberikan di sekolah bukan sebagai
alat untuk memperoleh pekerjaan melainkan untuk dijadikan
alat perkembangan dan pemenuhan diri.
Tujuan
pendidikan eksistensialisme adalah mendorong setiap individu agar
mampu mengembangkan semua potensinya. Kurikulum ideal adalah
kurikulum yang memberikan siswa kebebasan individual dan
mensyaratkan mereka untuk mengajukan pertanyaan,
melaksanakan pencarian, dan menarik kesimpulan sendiri.
Eksistensialisme menolak apa yang disebut penonton teori pengetahuan. Karena itu, sekolah harus mencoba membawa siswa ke dalam hidup yang
sebenarnya. Guru harus memberikan kebebasan kepada siswa memilih
dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan
membantu menemukan makna dari kehidupan.
7. Filsafat
Pendidikan Progresivisme
Progresivisme
berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini
mungkin tidak benar di masa mendatang. Karenanya, untuk
mempersiapkan siswa menghadapi masa depan yang tidak
diketahui adalah membekali mereka dengan strategi-strategi
pemecahan masalah. Jadi, pendidikan progresivisme didasarkan atau terpusat pada anak. Guru berfungsi sebagai pembimbing dan
memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi pembelajaran
siswa.Guru berusaha untuk memberi siswa pengalaman-pengalaman
yang meniru kehidupan keseharian sebanyak mungkin dan
siswa diberi kesempatan untuk bekerja secara kooperatif.
7. Filsafat Pendidikan Perenialisme
Perenialisme menentang pandangan
progresivisme yang menekankan perubahan
dan sesuatu yang baru. Perenialisme memandang bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan
ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme
berpendapat mengenai kebenaran sebagai hal yang konstan.
Siswa diberikan pengetahuan tentang prinsip atau gagasan besar yang tidak berubah. Kurikulum harus menekankan pertumbuhan intelektual
siswa pada seni dan sains yang merupakan karya terbaik
dan paling signifikan dari manusia. Prinsip pendidikan
perenialisme adalah:
a) Walaupun lingkungan berbeda, namun pada hakikatnya manusia
adalah sama
b) Rasio merupakan atribut
manusia yang paling tinggi
c) Tugas pendidikan adalah
memberikan pengetahuan tentang kebenaran yang
pasti dan abadi
d) Pendidikan
bukan peniruan dari hidup melainkan persiapan untuk hidup
e) Siswa seharusnya mempelajari karya besar dalam literatur yang
menyangkut sejarah, filsafat, seni, dan
kehidupan sosial
8. Filsafat Pendidikan Esensialisme
Esensialisme menekankan pada apa
yang mendukung pengetahuan dan keterampilan
yang diyakini penting yang harus diketahui oleh para anggota masyarakat yang produktif. Menurut esensialisme pendidikan sekolah
bersifat praktis dan memberi anak pengajaran logis yang
mempersiapkan mereka untuk hidup. Tujuan pendidikan
adalah untuk meneruskan warisan budaya dan sejarah melalui
pengetahuan inti yang terakumulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama serta merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu
dan dikenal semua orang. Selain itu, pendidikan bertujuan
mempersiapkan manusia untuk hidup. Kurikulumnya
menekankan pengajaran fakta-fakta. Peranan sekolah adalah
memelihara dan menyampaikan warisan budaya dan sejarah melalui hikmat dan pengalaman yang terakumulasi dari disiplin tradisional.
Guru dianggap sebagai seseorang yang menguasai lapangan
subjek khusus dan merupakan model contoh yang sangat baik
untuk ditiru. Kelas pun berada di bawah pengaruh serta
pengawasan guru.
8.
Filsafat
Pendidikan Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme
merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme.
Rekonstruksionisme melekatkan kepentingan pokoknya pada
pengalaman yang dimiliki siswa. Aliran ini berpendapat
bahwa sekolah harus mendominasi/ mengarahkan perubahan
atau rekonstruksi tatanan sosial saat ini. Teori pendidikan rekonstruksionisme yang dikemukakan Brameld, yaitu:
a) Pendidikan harus
dilaksanakan di sini dan sekarang dalam rangka menciptakan tata sosial baru
b) Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati
c) Anak, sekolah, dan pendidikan dikondisikan oleh kekuatan budaya dan social
d) Guru harus meyakini validitas dan urgensi dirinya secara bijaksana
b) Masyarakat baru harus berada dalam kehidupan demokrasi sejati
c) Anak, sekolah, dan pendidikan dikondisikan oleh kekuatan budaya dan social
d) Guru harus meyakini validitas dan urgensi dirinya secara bijaksana
e)
Cara dan tujuan pendidikan harus diubah
kembali untuk menemukan kebutuhan yang berkaitan
dengan krisis budaya dan menyesuaikan kebutuhan dengan
sains sosial
f) Penyusunan kurikulum, isi
pelajaran, metode yang dipakai, struktur
administrasi, dan
pelatihan guru harus ditinjau kembali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar